Threesome Dengan Kakak Kelasku - Kumpulan Cerita Seks dan Artikel Sex Terbaru di Indonesia

Post Top Ad

Minggu, 12 April 2020

Threesome Dengan Kakak Kelasku


Waktu itu tahun 1988 dikala aku baru saja jadi mahasiswa semester satu suatu akademi besar pc populer di Depok( di sebelah suatu universitas negara beken). Segala mahasiswa baru kala itu diharuskan turut aktivitas Jambore serta Bakti Sosial( Jambaksos) yang diadakan di suatu areal perkemahan di wilayah Sukabumi, Jawa Barat.

Pada hari yang didetetapkan, siang hari kami seluruh bersiap- siap di kampus tercinta, setelah itu lekas diberangkatkan dengan memakai sebagian truk bak terbuka. Sehabis menempuh ekspedisi lebih kurang 3 hingga 4 jam, disebabkan terdapat salah satu truk yang salah jalur sehingga seluruh truk lain wajib diam menunggu sejenak di sesuatu tempat, kesimpulannya kami datang di tempat tujuan kami. Hari telah mulai hitam. Kulihat sekitar kami. Uh, mengerikan pula. Atmosfer sepi serta hitam, maklum di wilayah pegunungan yang tidak sangat banyak penduduknya. Yang terdengar cuma suara mesin diesel truk yang lumayan berisik.

Kesimpulannya dengan konvoi truk satu persatu, kalian mengarah tempat terbuka bagaikan tempat parkir truk- truk yang kami tumpangi tersebut. Telah hingga?, Belum! Kami masih wajib berjalan kaki lagi sebagian jauh lewat jalur setapak buat menggapai tempat di mana kami hendak mendirikan tenda- tenda kami. Jam telah menampilkan jam 7 malam dikala kami merambah zona perkemahan. Wah! Nyatanya zona perkemahan telah diterangi oleh sebagian lampu sorot yang lumayan besar kekokohannya, yang telah disiapkan oleh regu panitia yang sudah mendahului kami ke situ satu hari tadinya. Mereka pula sudah mendirikan 2 buah MCK darurat. Satu spesial wanita serta satu spesial laki- laki. Dengan badan sedikit lelah akibat ekspedisi yang lumayan jauh, kami juga mendirikan tenda tiap- tiap dengan tutorial sebagian orang panitia.

Satu tenda diisi oleh satu tim yang terdiri dari 4 hingga 5 orang. Wanita serta laki- laki pisah tenda. Katanya sih, khawatir terjalin hal- hal yang tidak di idamkan! Aku memanglah sial, tim aku seluruhnya terdiri dari kanak- kanak yang belum aku tahu. Aku memanglah orangnya pemalu serta agak penakut, sehingga kurang kilat dalam berteman. Sehabis makan malam serta sedikit waktu rehat, diadakan briefing menimpa agenda aktivitas Jambaksos di hari- hari selanjutnya. Briefing inilah salah satunya kegiatan yang diadakan pada hari awal itu.

Tengah menjajaki briefing, seketika aku merasa mau berkemih. Aku ragu- ragu buat turun ke MCK yang didirikan di tepi sungai yang mengalir dekat perkemahan kami. Aku yang memanglah dasar penakut, urung ke MCK tersebut. Habis jalur ke situ lumayan jauh lagipula hitam sekali. Sedangkan buat memohon dampingan salah seseorang panitia malu rasanya. Kesimpulannya aku putuskan berangkat ke balik semak yang sekelilingnya hening serta agak tersembunyi dan agak jauh dari kerumunan orang- orang yang lagi menjajaki briefing. Ah.., Lega rasanya sehabis aku menghasilkan segala isi kantung kencing aku. Bisa jadi jika ditampung di botol, separuh liter terdapat. Aku memanglah menahan berkemih dari waktu masih di wilayah Bogor dikala ekspedisi mengarah kemari. Terlebih ditunjang oleh dinginnya hawa pegunungan di mari hingga ke sumsum tulang.“ Hi hi hi hi.., Hei, mengapa kalian di sana?!” Nampak 2 orang panitia tiba ke arah aku sembari cengengesan. Aku memahami mereka, yang satu namanya Lina( bukan nama sesungguhnya), yang rambutnya sepundaknya sedikit kecoklatan, sebaliknya yang rambutnya gelap pekat dipotong pendek merupakan Rita( pula bukan nama sesungguhnya). Kedua- duanya besar badannya nyaris sama. Bersama menawan serta bersama sensual. Buah dada merekapun tercantum berdimensi besar serta membulat, dengan kepunyaan Rita sedikit lebih besar dibanding kepunyaan Lina. Ini nampak dari balik kaus oblong lumayan ketat yang mereka kenakan. Mereka berdua merupakan anggota seksi P3K.

“ Aku.., aku lagi buang air, Kak”, jawab aku dengan takut- takut. Tetapi Lina serta Rita malah mendekati serta melompat turun ke tempat persembunyian aku yang posisinya sedikit di dasar areal perkemahan itu.

“ Mengapa kalian berkemih di mari, hah?, Bukannya kita telah memiliki MCK sendiri di situ?”, tanya Lina.

“ Habis, aku khawatir, Kak.” Aku masukkan penis aku serta aku naikkan kait retsleting celana aku. Lina serta Rita tertawa memandang perbuatan aku.

“ Eit! Ini garasi jangan ditutup dahulu”, kata Rita sembari meremas selangkangan aku. Ouch! Setelah itu tangannya membuka kembali retsleting yang pernah aku tutup.

“ Wow! Ta, amati, doi tidak pake celana dalam!”, Aku memanglah tidak sering menggunakan celana dalam apabila berangkat ke mana- mana.

“ Mana, Lin? Gue ingin amati”, sahut Rita mendekati selangkangan aku. Rita berikan tempat kepada Lina. Lina memasukkan tangan kanannya ke dalam celah retsleiting aku. Ia mengelus- ngelus senjata aku dengan tangannya yang hangat, membuat aku mulai menggelinjang menahan nikmat.

“ Ta, doi belum disunat! Kalian sempat main sama penis yang belum disunat?”, Lina menghasilkan penis aku dari dalam sangkarnya. Rita cuma mengangkut bahunya saja.

“ Eh, Oom Bahagia. Ini hukuman kalian sebab telah buang air sembarangan! Saat ini kalian diam aja yah!”, kata Lina sedikit melotot. Lina mendekatkan penis aku ke mulutnya. Sebagian detik setelah itu mulutnya sudah asik melumat penis aku. Ah, penis aku itu terus menjadi membeku. Ini menaikkan keasyikan tertentu untuk Lina yang terus mengulum penis aku yang walaupun tidak sangat panjang tetapi berdiameter lumayan besar. Mata aku nyaris mencelat keluar sewaktu Lina menjilat- jilati ujung penis aku yang tegang menjulang. Gelitikkan lidahnya yang nikmat mulai membangkitkan gairah birahi aku yang sepanjang ini terpendam.“ Lin! Untuk dong gue! Jangan kalian habisin sendiri!”, Rita tidak ingin kalah. Dia memusatkan tangannya ke balik pinggang aku, kemudian dipelorotkannya celana panjang aku ke dasar sehingga menampakkan penis aku yang nampak telah siap tempur. Dinginnya hawa malam yang menusuk kulit paha aku yang telanjang tidak terasa, terhapus oleh kenikmatan yang lagi aku natural di selangkangan aku. Setelah itu Rita mendekatkan bibirnya yang ranum dengan sapuan lipstik tipis ke penis aku. Kemudian dengan lahapnya mereka berdua memahami penis aku dengan kuluman serta jilatan lidah mereka yang bertubi- tubi, membuat badan aku semacam tersentak- sentak merasakan kenikmatan yang aduhai ini.“ aah.., Kak.., aku telah ingin keluar..”, kata aku mendesah- desah. Tetapi Lina serta Rita tidak mempedulikannya. Mereka masih asik menjelajahi segala permukaan selangkangan aku dengan mulut serta lidah mereka yang semacam ular. Kesimpulannya dengan dua- tiga kali kedutan, aku memuntahkan segala cairan kental isi penis aku ke wajah Lina.

“ Ma.. Maaf, Kak. Aku tidak terencana.” Lina bukannya marah melainkan malah tersenyum bahagia. Dijilatinya air sperma aku yang terdapat di mukanya.

Mengenali kalau dirinya tidak kebagian cairan nikmat aku, Rita menjulur- julurkan lidahnya ke arah wajah Lina. Dia turut menjilat- jilati wajah Lina semacam memohon bagian. Lina tampaknya mengalah. Seketika bibirnya yang merah merekah mencium bibir Rita. Serta Rita juga membalasnya. Sedangkan tangannya mulai meremas- remas 2 benjolan bundar yang terdapat di dada Lina.




“ Ah.. Rit.. Terusin.. Ah..” Persetujuan Lina ini membuat Rita melanjutkan kegiatannya. Dia membebaskan kaus oblong yang dikenakan Lina. Setelah itu tangan kirinya diselipkan ke balik BH Lina yang bercorak putih. Diremas- remasnya buah dada lembut Lina yang bundar membusung. Setelah itu tangannya bergeser ke punggung Lina. Dibukanya pengikat BH Lina. Serta tidak terhalangi lagi buah dada Lina yang indah semacam buah mangga harumanis yang ranum, dengan puting susunya yang besar menjulang menggemaskan dikeliling oleh bundaran kemerahan yang lumayan lebar. Tanpa ingin membebaskan peluang emas ini, mulut Rita langsung melumat puting susu Lina yang mulai mengencang. Dengan lidahnya yang menjulur- julur semacam ular, dijilatinya ujung puting susu yang menggairahkan itu. Sekali- sekali disedotnya puting susu itu, membuat mata Lina mendelik kenikmatan.

Memandang perbuatan kedua senior aku itu, tidak aku sadari, penis aku yang tadi telah loyo bangkit kembali serta terus menjadi membeku. Sekonyong- konyong Lina membebaskan diri dari jamahan Rita. Dia memandangi temannya dengan wajah semacam meminta. Rita juga menguasai apa iktikad Lina. Dia menanggalkan seluruh baju yang dikenakannya, kemudian merebahkan badan bugilnya yang lembut di rumput dengan beralaskan baju yang sudah dilepasnya tadi. Mulut Lina langsung menyergap buah dada Rita yang berdimensi besar laksana buah pepaya bangkok tetapi nampak kenyal serta kencang. Lidahnya menjelajahi tiap inci bagian buah dada temannya yang memanglah indah serta membusung itu, tercantum celah- celah yang membelah kedua bukit kembar dengan ujungnya yang mencuat besar itu. Dengan mahir Lina menggesek- gesekkan ujung lidahnya yang basah ke ujung puting susu Rita yang besar serta keras, membuat Rita menggerinjal keras sedangkan mulutnya mendesis- desis bak ular yang siap menerkam mangsanya. Sedangkan tangan kirinya menelusuri selangkangan Rita. Dia mempermainkan clitoris memerah yang terdapat di bibir Miss V Rita. Diusap- usapnya daging kecil pembawa nikmat itu dengan halusnya dengan jari tengahnya. Diimbangi dengan gerakan naik- turun pantat Rita yang bahenol itu. Setelah itu dengan sekali gerakan, Lina menyodokkan jari telunjuk, jari tengah, serta jari manisnya sekalian ke dalam Miss V Rita, membuat badan temannya ini terhentak keras ke atas. Rita nampak memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang tidak dapat ditandingi oleh apapun di dunia ini kala Lina memainkan ketiga jarinya itu masuk- keluar Miss V Rita, kian lama kian kilat.

Melihat panorama alam yang indah ini, insting kelaki- lakian aku mendesak aku mendatangi kedua wanita yang tengah dilanda nafsu birahi itu. Dengan sedikit rasa khawatir serta ragu- ragu, aku pegang pinggang Lina. Sehabis menyadari tidak terdapatnya penolakan, membuat rasa keberanian aku mencuat, ditambah oleh rasa aneh di selangkangan aku yang telah memohon buat dilampiaskan. Aku membuka retsleting celana panjang Lina setelah itu aku turunkan celana panjang itu berikut celana dalam yang dipakainya hingga sebatas mata kaki. Mendadak itu pula tercium aroma khas nan fresh dari selangkangan Lina yang terpampang leluasa. Tanpa menunda- nunda lagi, aku lekas menghunjamkan penis aku ke dalam Miss V Lina dengan keras dari balik, membuat wanita itu menjerit kecil,“ Ouuhh..”“ Ah.., terusin.., lebih kencang.., lebih dalam..,. Ouhh..”, Desah- desahan penuh kenikmatan dari Lina membuat aku tambah bernafsu. Aku terus menjadi mempertinggi keseriusan masuk- keluarnya gerakan penis aku di dalam Miss V Lina, menyebabkan badan molek wanita itu berguncang- guncang dengan keras. Kedua payudaranya yang menggantung molek di dadanya serta turut bergoyang- goyang mengimbangi guncangan badannya lagi dilumat oleh Rita. Puting susunya yang menjulang itu tengah diisap- isap oleh temannya, terus menjadi membuat Lina mendesah- desah hebat. Sedangkan di bagian dasar, aku masih mempermainkan penis aku selalu di dalam vaginanya, membuat Lina kehabisan penyeimbang. Badannya yang putih serta lembut jatuh menindih badan Rita yang terdapat di bawahnya. Tetapi ini tidak menghentikan game kita.

“ uuh.., Kak.., Aku telah ingin keluar.., Ingin.., di dalam.., ataupun.., di luar..?”, Aku merasakan telah tidak sanggup lagi menahan gejolak yang terdapat di burun aku.

“ hh.., Di dalam aja.., Ouhh..”, jawab Lina sembari terus menggerinjal. Kesimpulannya game kita usai telah, diakhiri dengan ditembakkannya lagi cairan- cairan kental bercorak putih dari penis aku ke dalam Miss V Lina. Aku dengan penis masih terletak di dalam Miss V Lina terkulai lemas di samping badan wanita itu yang dengan lemas masih menindih badan Rita yang kelihatannya kurang puas.

“ Kalian masih memiliki hutang lho sama gue”, kata Rita menegaskan aku. Aku tidak menanggapi, cuma mengangguk saja. 5 menit lamanya kami terdiam. Sehabis itu kami bangkit serta membereskan baju kami kembali, bertepatan dengan selesainya kegiatan briefing malam itu. Dengan mengendap- endap sehabis menengok ke sekitar terlebih dulu kami bertiga keluar dari tempat persembunyian kami, setelah itu dengan perasaan kayaknya tidak sempat terjalin apa- apa, kami kembali ke tenda kami tiap- tiap buat bergabung dengan sahabat yang lain.

“ Eh, kalian tadi mengapa bertiga sama Kak Rita serta Kak Lina?”, tanya salah seseorang sahabat aku satu tenda. Aku cuma tersenyum penuh makna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar